Sabtu, 19 Maret 2011

Cacar Air /Varicella (Air Borne Disease)

Tugas Dasar Pemberantasan Penyakit tentang Air Borne Disease
Adhinningtyas R. R. E2A009093/R1
Disusun Oleh : Adhinningtyas R. R.
E2A009093/R1
Saya akan membahas tentang cacar air (Varicella) yang merupakan salah satu contoh Air Borne Disease

CHICKEN POX/HERPES ZOSTER (Varicella/shingles)

1. Identifikasi.
Chicken pox (varicella/cacar air) adalah penyakit virus akut, pada umumnya terjadi serangan mendadak dengan demam ringan, gejala umum ringan dikuti dengan munculnya erupsi kulit yang makulopapuler dalam beberapa jam, menjadi vesikuler dalam 3-4 hari dan meninggalkan keropeng bundar. Gelembungnya berbentuk monolokuler dan pecah bila ditusuk, berbeda dengan gelembung pada cacar yang berbentuk multilokuler, tidak kolaps. Lesi biasanya muncul berkelompok memanjang, dengan stadium yang berbeda pada waktu yang sama. Lesi lebih banyak muncul pada anggota tubuh yang tertutup daripada di tempat-tempat yang terbuka

Herpes zoster (shingles) adalah manifestasi lokal dari reaktivasi infeksi varicella laten pada radix ganglia dorsalis. Muncul sebagai lesi vesikuler dengan dasar eritema terbatas di daerah kulit, yang mengikuti jalannya saraf sensoris dari satu atau sekelompok radix ganglia dorsalis. Lesi bisa muncul dalam bentuk gerombolan gelembung yang ireguler sepanjang jalannya saraf, biasanya unilateral. Terletak lebih dalam dan vesikel menggerombol lebih dekat dibandingkan cacar air; herpes zoster dan varicella secara histologis mirip satu sama lain. Hampir selalu disertai dengan rasa sakit sekali dan parestesia, dan sekitar 30 % orang dewasa yang terserang herpes menderita postherpetic neuralgia. Insiden dari zoster dan postherpetic neuralgia bertambah seiring dengan bertambahnya umur.




2. Penyebab penyakit.
Herpesvirus 3 (alpha) manusia (Varicella zoster, VZV) termasuk kelompok Herpesvirus



3. Distribusi penyakit.
Tersebar di seluruh dunia. Infeksi dengan herpesvirus 3 (alpha) manusia sangat umum terjadi. Di daerah dengan iklim sedang, paling tidak 90 % dari penduduknya pernah terkena cacar air pada usia 15 tahun dan setidaknya 95% pada kelompok dewasa muda.
95
Pada daerah beriklim sedang, cacar air terjadi paling sering pada musim dingin dan awal musim semi. Gambaran epidemiologis dari cacar air di negara tropis berbeda dengan negara-negara beriklim sedang, dengan proporsi lebih tinggi kasus-kasus terjadi pada orang dewasa. Zoster terjadi lebih umum pada orang-orang yang lebih tua.

4. Reservoir : manusia.

5. Cara penularan :
Dari orang ke orang melalui kontak langsung, droplet atau penularan melalui udara dari cairan vesikel atau sekret dari saluran pernapasan orang yang terkena cacar air atau cairan vesikel dari penderita herpes zoster; tidak langsung melalui benda yang baru saja terkontaminasi oleh discharge dari vesikel ataupun dari selaput lendir orang yang terinfeksi. Berbeda dengan vaksinia dan variola, koreng dari lesi varicella tidak menular. Cacar air adalah salah penyakit yang sangat menular, terutama pada tahap awal erupsi; zoster mempunyai tingkat penularan yang rendah (kontak dengan varicella seronegatif akan berkembang menjadi cacar air). Risiko terkena varicella adalah sekitar 80 – 90 % sesudah terpajan dengan penderita varicella.

6. Masa inkubasi.
Masa inkubasi berkisar antara 2 – 3 minggu; biasanya 14 – 16 hari. Masa inkubasi bisa lebih panjang sesudah pemberian imunisasi pasif terhadap varicella (lihat 9A2; dibawah) dan pada orang dengan tingkat kekebalan rendah.

7. Masa penularan
Paling lama 5 hari, tetapi biasanya 1 – 2 hari sebelum timbulnya ruam dan berlanjut sampai semua lesi berkeropeng (biasanya sekitar 5 hari). Masa penularan bisa lebih lama pada pasien yang tingkat kekebalannya rendah. Munculnya kasus sekunder pada anak-anak dalam satu keluarga adalah sekitar 70 – 90 %. Penderita zoster bisa menjadi sumber infeksi sekitar 1 minggu sesudah munculnya lesi vesikulopustuler. Individu yang rentan dianggap bisa menularkan penyakit 10 – 21 hari sesudah terpajan.

8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua orang rentan terhadap varicella terutama mereka yang belum pernah terinfeksi; biasanya penyakit ini lebih berat jika menyerang orang dewasa daripada anak-anak. Infeksi biasanya menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama; serangan kedua jarang terjadi, infeksi virus biasanya menjadi laten, dan penyakit ini bisa berulang sebagai herpes zoster pada sekitar 15 % orang dewasa dan kadang-kadang pada anak-anak.
Bagi yang ibunya tidak kebal, dan penderita leukemia biasanya menderita lebih berat, lebih lama atau bahkan fatal. Orang dewasa yang menderita kanker, terutama kanker kelenjar limfe dengan atau tanpa terapi steroid, pasien dengan kekebalan rendah dan orang dengan pengobatan yang menyebabkan kekebalan menurun mempunyai risiko terkena zoster yang berat, baik lokal maupun menyebar.

9. Cara-cara pemberantasan

A. Cara-cara pencegahan :
1). Vaksin virus varicella yang dilemahkan (Varivax®) mendapat lisensi untuk digunakan di AS pada tahun 1995. Dosis tunggal 0.5 ml di rekomendasikan untuk imunisasi rutin bagi anak usia 12 –18 bulan dan untuk imunisasi anak hingga umur 12 tahun yang belum pernah menderita varicella. Vaksin ini mempunyai efikasi kumulatif sekitar 70 – 90 % dalam mencegah varicella pada anak hingga umur 6 tahun. Efektivitas vaksin pasca lisensi diperkirakan sekitar 85 – 90 % untuk mencegah semua spektrum penyakit dan hampir 100 % untuk mencegah timbulnya penyakit dengan derajat sedang hingga berat.

Orang yang telah mendapat imunisasi tetapi masih terkena varicella biasanya ringan dengan lesi yang lebih sedikit (biasanya kurang dari 50 dan lesi pada kulit tidak vesikuler), demam ringan atau tanpa demam sama sekali dan lama sakit lebih singkat. Jika diberikan dalam 3 hari sesudah terpajan, vaksin varicella bisa mencegah atau secara bermakna merubah perjalanan penyakit. Vaksin bisa digunakan untuk melindungi anak-anak dan remaja yang menderita leukemia limfoblastik yang mengalami remisi, dan dibutuhkan 2 dosis selama 4 – 8 minggu. Vaksin ini dapat diperoleh gratis untuk penderita diatas berdasarkan protokol penelitian pada Pusat Koordinasi VARIVAX (VARIVAX Coordinating Center)

Vaksin varicella direkomendasikan diberikan kepada orang yang rentan dan berusia lebih dari 13 tahun. Orang dewasa yang diprioritaskan untuk diimunisasi adalah mereka yang kontak dengan orang yang berisiko tinggi yaitu penderita dengan komplikasi yang serius, orang yang tinggal atau bekerja di lingkungan dimana bisa terjadi penularan VZV (misalkan guru TK atau guru SD, pekerja tempat penitipan anak, penghuni dan pekerja pada suatu asrama), orang yang tinggal dan bekerja pada lingkungan dimana penularan bisa terjadi (misalkan mahasiswa, orang pada satu ruang tahanan yang sama dan anggota militer), wanita usia subur, remaja dan orang dewasa yang tinggal serumah dengan anak-anak dan orang yang sering bepergian keluar negeri. Orang berusia diatas 13 tahun membutuhkan 2 dosis vaksin diberikan dengan selang waktu 4 – 8 minggu.

2). Lindungi orang yang berisiko tinggi yang oleh karena sesuatu hal tidak dapat di imunisasi, seperti bayi dan orang yang kekebalannya rendah, dari pajanan dengan cara semua anggota rumah tangga dan mereka yang kontak dengan penderita seluruhnya diberi imunisasi.

3). Imunoglobulin varisela-zoster (Varicella-zoster immune globulin, VZIG), yang dibuat dari plasma darah donor dengan titer antibodi VZV yang tinggi, sangat efektif dalam memodifikasi atau mencegah penyakit jika diberikan dalam waktu 96 jam sesudah terpajan).

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.

1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat; di banyak negara bagian di AS dan negara-negara lain, varisela bukan penyakit yang wajib dilaporkan. Kematian yang disebabkan oleh varisela dinyatakan wajib dilaporkan diseluruh AS sejak 1 Januari 1999, Kelas 3C

2). Isolasi : anak-anak yang menderita varisela dilarang masuk sekolah, ruang medis, ruang gawat darurat atau dilarang berkunjung ketempat-tempat umum hingga vesikel menjadi kering, biasanya sesudah 5 hari bagi penderita anak-anak yang tidak mendapat imunisasi dan 1 – 4 hari bagi anak-anak yang menderita varisela pasca imunisasi. Pisahkan penderita dewasa dari tempat kerja dan hindari kontak dengan orang yang rentan. Di rumah sakit, isolasi yang ketat diterapkan terhadap penderita varisela karena risiko mendapat varisela yang berat bagi pasien dengan immunocompromised jika tertular.

3). Disinfeksi serentak : terhadap barang-barang yang terkontaminasi discharge dari hidung dan tenggorokan penderita.

4). Karantina : biasanya tidak dilakukan. Anak-anak yang diketahui telah terpajan varisela sebaiknya dikarantina dirumah sakit karena alasan medis. Oleh karena ada risiko penyebaran penyakit kepada orang yang mendapat pengobatan steroid atau pasien dengan kekebalan rendah. Karantina setidaknya dilakukan selama 10 – 21 hari sesudah tepajan (hingga 28 hari jika VZIG telah diberikan).

5). Perlindungan kontak : vaksin direkomendasikan untuk diberikan kepada orang yang rentan sesudah terpajan varisela. Data dari rumah tangga, rumah sakit dan masyarakat membuktikan bahwa vaksin varisela efektif dalam mencegah kesakitan atau mengurangi beratnya penyakit bila diberikan dalam 3 hari sampai dengan 5 hari sesudah terpajan.

VZIG yang diberikan dalam waktu 96 jam sesudah terpajan, bisa melindungi atau mengurangi beratnya penyakit pada orang-orang rentan yang mempunyai riwayat kontak dengan orang sakit. VZIG tersedia di Dinas Transfusi Darah setempat (Blood Service Regional Office). Dinas ini merupakan bagian dari Palang Merah Amerika, atau dapat dipesan langsung melalui nomer telpon 617-461-0891). Pemberian VZIG juga di indikasikan bagi bayi dari ibu yang terkena cacar air 5 hari sebelum atau 48 jam sesudah melahirkan. Tidak ada jaminan bahwa pemberian VZIG pada wanita hamil akan mencegah terjadinya malformasi otak janin, tetapi pemberian VZIG bisa mengurangi beratnya varisela pada wanita hamil.

Obat anti virus seperti acyclovir nampaknya bermanfaat untuk mencegah atau merubah perjalanan penyakit varisela jika diberikan dalam kurun waktu 1 minggu sesudah terpajan. Dosis sebesar 80 mg/kg tiap hari dibagi dalam 4 dosis telah lama digunakan tetapi sampai sekarang belum ada regimen yang direkomendasikan secara umum untuk tujuan ini.

6). Investigasi kontak dan sumber infeksi : sumber infeksi bisa berasal dari penderita varisela atau herpes zoster. Semua orang yang kontak dengan sumber infeksi terutama mereka yang tidak memenuhi syarat untuk diberikan imunisasi, seperti wanita hamil, orang dengan immunocompromised dan bayi yang ibunya menderita varisela dalam 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah melahirkan), sebaiknya dipertimbangkan untuk pemberian VZIG. Penderita sebaiknya diisolasi sehingga

semua lesi menjadi keropeng; orang-orang rentan dan terpajan yang memenuhi syarat untuk di imunisasi sebaiknya diberi vaksin segera untuk penanggulangan dan pencegahan KLB.

7). Pengobatan spesifik :
Baik vidarabine (adenine arabinoside, Ara-A®) maupun acyclovir (Zovirax®) efektif untuk mengobati cacar air dan zoster, namun acyclovir merupakan obat pilihan untuk cacar air. Untuk pengobatan herpes zoster, analog dari acyclovir dengan kemampuan absorpsi yang sudah diperbaiki saat ini telah tersedia dipasaran (valacyclovir dan famcyclovir). Obat ini bisa memperpendek gejala dan rasa sakit dari penderita zoster dewasa, terutama bila diberikan dalam waktu 24 jam sesudah munculnya ruam.

C. Tindakan penanggulangan wabah.

KLB cacar air sering terjadi disekolah, tempat penitipan anak dan institusi lain dan KLB biasanya berlangsung lama dengan banyak korban disertai dengan komplikasi. Penderita menular sebaiknya di isolasi dan kontak yang rentan diimunisasi dengan segera atau dirujuk ke dokter langganan atau dokter keluarga mereka untuk mendapat imunisasi, dengan maksud menanggulangi KLB yang terjadi. Orang yang oleh karena sesuatu hal tidak boleh diberi imunisasi seperti wanita hamil yang rentan dan orang-orang yang immunocompromised sebaiknya dievaluasi dan dipertimbangkan untuk diberi VZIG.

D. Implikasi bencana
KLB cacar air bisa terjadi pada anak-anak yang ditampung ditempat-tempat pengungsian

Daftar Pustaka
Buku Manual Pemberantasan Penyakit JAMES CHIN, MD, MPH,Editor Penterjemah : Dr. I NYOMAN KANDUN, MPH Edisi 17 Tahun 2000
http://health.allrefer.com/health/chickenpox-chickenpox.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar